|
Air Terjun Jurang Nganten |
Berawala dari rasa penasaran yang sangat, akan keberadaan Air
Terjun Jurang Nganten yang sering kami dengar dari orang-orang. Kami secara
tidak sengaja atau lebih tetpatnya acara dadakan ini justru bisa tercapai darai
pada yang direncanakan. Oke, kita langsung aja ke inti dari perjalanan kami. Pagi
itu sekitar pukul 05.30 WIB teman ku yang bernama Londhu (nama sapaan) mengirim
pesan singkat via BBM yang isinya minta pertanggunjawabanku, karena dari
kemarin-kemari rencana ke Air Terjun Jurang Nganten belum kelar-kelar. Singkat cerita
dia nagih janji, untung gak nagih hutang hehehe. Setelah berembuk via BBM kami
putuskan berangkat pagi itu pula. Sambil siap-siap nunggu sarapan istri yang
masih proses masak, aku ngajak teman-teman lainnya. Akhirya dapat teman 4 orang
lagi dan siap untuk berangkat ke Air Terjun Jurang Nganten.
Kami terlebih dahulu kumpul di rumah temanku namanya Gayot
(nama sapaan). Nah udah lengkap jadi rombongan kami berjumlah 6 orang dengan
menggunakan 3 sepeda motor, kali ini aku tidak berani menggunakan sepeda karena
jalannya terlalu ekstrim untuk ku. Hehehe udah gak punya stamina lagi. Jam di
handphone menunjukkan pukul 08.45 WIB kami berangkat dari desa ku Wonorejo
Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara menuju Air Terjun Jurang Nganten. Yang terletak
di Dukuh Turung, Desa Tanjung, Kecamatan Pakis Aji,
Kabupaten Jepara sebelah timur desa ku, hanya beda kecamatan saja. Oke kita lanjut
perjalanannya, dari Wonorejo kami kearah timur sampai ketemu pertigaan pasar
Lebak Kecamatan Pakis Aji terus belok kanan sekitar 100 m dari pasar ada
pertigaan depan SD Lebak belok kiri. Kami mengikuti jalan itu lurus terus
sampai ketemu tugu di persimpangan jalan, karena kami berenam tidak ada yang
tahu lokasinya sama sekali.
Kami mengeluarkan alat tercagih kami GPS (Gunakan Pendduk
Setempat) yaitu bertanya hehe, setelah bertanya kepada bapak yang rumahnya
depan tugu tersebut. Kata bapak itu “ masih jauh mas, lurus aja nanti
tanya-tanya lagi” berbekal dari omongan
bapak tadi, kami melanjutkan perjalanan dengan banyak tikungan dan persimpangan
jalan. Kami mengikuti jalan yang agak lebar, sampai di pertigaan lagi ada
pemakaman umum dan kami berhenti disitu karena ruas jalannya sama yang membuat
kami bingung. Dan kami mencari warga setempat untuk kami tanyai, belum juga
menemukan warga setempat. Salah satu dari temanku melihat plakat bertuliskan “Jurang
Nganten”. Tulisan yang kecil dan letaknya sulit dijangkau oleh mata. Dari pertigaan
makam tadi kami ambil arah ke kiri, jalan masih beraspal bagus dan mulus. Kira-kira
1 KM dari pertigaan makam ruas jalan sudah mulai tak beraspal. Hanya tanah yang
licin dan batu-batuan kecil berserekan karena terbawa air hujan. Baru saja
meninggalkan jalan aspal, salah satu ban motor dari temanku bocor.
|
Menunggu saat ban bocor |
Akhirnya temanku turun lagi ke arah pedesaan lagi untuk
menambalkan ban motor. Kami menunngu di atas sambil menikmati udara pegunungan
yang sejuk di pagi itu sekitar pukul 09.20 WIB. Kira-kira 30 menit lebih
menunggu temanku yang menambalkan ban motornya, akhirnya dia nampak dari
kejahuan mendekati kami. Inilah salah satu pelajaran berharga ketika kita
berpergian secara kelompok, akan timbul rasa kekompakan dan melatih kesabaran
menunggu teman yang lainnya saat dalam kondisi kesusahan (ban bocor). Dari sini
kami sudah jarang menemukan orang yang naik ke arah Air Terjun Jurang Nganten,
berbekal rasa penasaran kami dengan semangat mengikuti ruas jalan yang licin
dan berbatu demi mencapai Air Terjun Jurang Nganten. Jalanan yang terjalan dan
menanjak membuat kami yang memboceng harus turun dari sepeda motor yang kami
kendarai.
|
Jalan biar sehat |
Diatas ada satupun plakat petunjuk arah menuju lokasi Air
Terjun Jurang Nganten. Kami berharap bertemu dengan penduduk yang sedang
keadang atau ynag sedang mencari rumput, tapi hasilnya nihil. Tak sampai 15
menit dari tempat ban bocor kami tadi kami bertemu seorang bapak dari arah
berlawanan. Ternyata jalan ini menghubungkan 2 desa yaitu desa Plajan dan desa
Tanjung. Planjan yang terkenal dengan obyek wisata “Gong Perdamain” dan Tanjung
yang terkenal dengan Air Terjun Jurang Nganten. Setelah bertanya dengan bapak
tersebut, ternyata kami sudah kebablasan dan harus memutar arah turun kebawah. Tanpa
sepengetahuan kami, ternyata ada rombongan bermotor yang mengikuti kami untuk
menuju ke tempat yang sama. Akhirnya kami memutuskan untuk turun lagi. Tidak nampak
di pegunungan karena rombongan di belakang kami jumlahnya banyak, jadi seperti
konvoi kampanye, hehehe.
|
Rombongan dari luar kota |
Kami turun dan bertemu seorang bapak yang sedang mengambil
rumput, diberitahu bahwa jalan menuju Air Terjun Jurang Nganten tersebut ada
dua jalur yaitu lewat bawah dan lewat atas. Karena pada waktu itu langit mulai
diselimuti mendung hitam pertanda akan turun hujan, dari teman kami ada
mengajak pulang karena pertimbangan jalan yang licin jika turun hujan nanti. Tetapi
karena tekad kami ingin mencapai Air Terjun Jurang Nganten kamipun tetap
melanjutkan perjalanan. Kami memilih jalur atas karena menurut warga, jalur
atas ada penitipan motornya. Sesampainya kami di tempat parkir, ternyata tidak
ada satupun petugas parkir disitu. Dari tempat parkir masih jalan lagi menuruni
lembah yang licin karena sudah mulai gerimis.
|
Akar dan bebatuan jadi pegangan |
Sampai lembah terdengar gremicik suara air jatuh, ternyata
Air Terjun Jurang Nganten sumber airnya dari sungai kecil diatas tebing. Sampai
sungai kecil itu kami harus menuruni tebing terjal berbatu yang licin akibat grimis. Harus
ekstra hati-hati dalam menuruni tebing ini, karena tidak ada penghalang atau
pembatas jurangnya. Kami hanya berpegangan pada bebatuan dan akar pohon besar
yang menempel tebing.
Dengan susah payah dan tersesat akhirnya kami dapat
menikmati keindahan yang tersembunyi yaitu Air Terjun Jurang Nganten Pakis Aji
Jepara.
|
Akhirnya mandi di Air Terjun |
Belum ada tanggapan untuk "Air Terjun Jurang Nganten Tanjung Pakis Aji Jepara"
Posting Komentar